Kisah Hidup

Kamis, 05 September 2013

Anak Pelengkap Derita Orang Tua



Klien saya sepasang suami istri, masih muda dan sehat serta tampak wajah kecemasan dan gerah dengan anaknya, mereka datang untuk berkonsultasi dan berniat untuk mengambil sesi terapi untuk anaknya. Ada apa dengan anaknya? Rudi, sebut saja seperti itu. Anak laki-laki pertama dari keluarga tersebut berusia sekitar 9 tahun. Dia sangat bermasalah dengan ketakutannya. Takut sendiri, takut ditinggal, hal ini cukup menganggu dimana usianya sudah masuk kelas 4 SD. Orang tuanya mengeluhkan anak ini tidak bisa di tinggal, selalu ingin ditemani, sang ibu mengeluh, dipikirnya semakin dewasa akan semakin berani, ternyata tidak. Semakin menjadi dan cenderung menyulitkan keseharian aktivitas orang tuanya. Anda pernah merasakan hal ini? Apa yang anda rasakan? Mau marah, jengkel, tetapi ini adalah anak kita, serba salah bukan?
Ping! Ping! BlackBerry saya jam lima pagi sudah dipenuhi kepanikan seorang ibu yang kuatir berat. Dengan mata yang berat, saya melihat ada apa dengan BlackBerry saya, kok pagi begini ada yang “nge-ping”. Isinya darurat, rupanya “mawar foto telanjang”. Separuh jiwa saya rasanya seperti dipukul, bangun belum seutuhnya sudah diberi kabar bahwa anak klien saya berusia 13 tahun sudah foto telanjang.
Orang tuanya berharap saya bisa diajak komunikasi saat itu juga, sambil berjalan keluar dan mengumpulkan kesadaran saya, 10 menit kemudian saya menghubunginya. Diujung sana, tanpa banyak bicara terdengar isak tangis seorang ibu, tidak bisa bicara dan akhirnya telepon diserahkan kepada suaminya, dan suaminya berbicara seputar kejadian yang memalukan tersebut. Ada apa dan kenapa semua ini bisa terjadi? Ingat tidak ada asap tidak mungkin ada api. Asapnya sudah anda ketahui, apinya? Apa sih yang menyebabkan hal ini terjadi? Kita akan belajar bersama tentang hal-hal praktis yang melatarbelakangi kenapa masalah-masalah anak ini terjadi.
Apakah anak dilahirkan untuk menjadi anak seperti ini (bermasalah)? Apakah setiap anak akan menjadi seperti ini? Jawabannya adalah tidak. Banyak sekali orang tua tidak tahu bagaimana memperlakukan dan mendidik anaknya dengan baik dan benar, karena menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Tidak ada sekolahnya tetapi sangat dibutuhkan ilmu menjadi orang tua yang baik, pada awalnya saya juga mengalami fase ini. Menjadi orang tua yang tidak tahu apa-apa, hanya punya 3 jurus jika ada masalah anak. Apa 3 jurus favorite orang tua yang putus asa ini:
Ancam : “awas ya kalo kamu begitu lagi”, “kamu tidak akan ikut jalan-jalan”, “kamu kalau begitu bukan anak mama” ini adalah hal umum yang sering kita dengar.
Marah Dengan Teriakan : “dasar BODOH!!”, “PERGI!!”, “KELUAR!!”
Pukul : langsung pukul tanpa penjelasan yang perlu saya perjelas.
Pertanyaan saya, apakah kita tahu hasilnya jika anak dibesarkan dengan cara seperti ini? Mari kita perjelas satu persatu jika anak yang konsisten dididik dengan cara seperti ini, 10-15 tahun kedepan apa jadinya kehidupannya di masa depan.
1. Anak yang dididik dibawah ancaman
“Kalau kamu tidak mau membersihkan kamarmu, semua mainanmu papa kasih ke orang lain!” anak seperti ini akan belajar hidup meneror, teman bahkan kelak pasangan hidupnya. Karena dia belajar untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara mengancam, seperti orang tuanya ingin mendidiknya (karena ketidaktahuannya) dengan baik dan membentuk perilakunya dengan ancaman. Disamping itu anak juga akan belajar melawan yang biasanya bertumbuh sesuai usianya, jika masih kecil melawannya kecil, jika sudah besar maka perlawanan besar.
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas..; Kalau..; Nanti..; jika ini terus diulangi pada generasi anak kita maka yang terjadi adalah generasi sakit hati, dan generasi peneror. Ini adalah generasi yang akan mewariskan sakit hati dan perilaku meneror pada anak cucu kita dan orang-orang yang dicintainya.
Ada dua akibat penting dari sering mengacam anak. Anak akan belajar berbohong karena ketakutan diancam dan anak akan jadi anak yang penakut, dan sampai besar pun akan membawa sikap-sikap ini. Dan percayalah, pada beberapa kasus klinis yang saya tangani, sampai besar pun anak-anak yang sering diancam tetap akan hidup dalam ancaman. Baik dari rekan kerja, bahkan pasangannya.
Sebenarnya ada alternatif lain selain memberikan ancaman kepada anak. Coba kita perhatikan beberapa diantaranya:
Ajukan pilihan. “Rapikan kamarmu sekarang supaya waktu menontonmu lebih lama, atau rapikan nanti dan kamu tidak bisa menonton acara favoritmu sama sekali.”
Beri batasan. “Sepuluh menit lagi mama akan bereskan meja makannya, kalau kamu tidak makan sekarang, kamu bisa makan nanti malam saja.”
Tetapkan aturan main: apa saja tugas atau kewajiban anak dan konsekuensinya jika ia tidak memenuhinya. Lakukan ini di awal sebelum ada pelanggaran, sehingga anak sudah tahu akibat yang akan ditanggungnya. Jadi, anda tidak lagi perlu mengancam, cukup mengingatkan saja!
2. Dampak dari berteriak kepada anak
Ada sebuah cerita bagus, salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal disana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon.
Untuk apa hal tersebut dilakukan? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak. Inilah yang mereka lakukan, dengan tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi kemudian sungguh sangat menakjubkan.
Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering, ini fakta! Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan. Wow, kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh.
Kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap makhluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang, yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti anda sedang mematikan rohnya. Pernahkah anda berteriak pada anak anda? Seperti: Ayo cepat! Dasar lelet! Bego banget! Begitu saja tidak bisa! Jangan main-main disini! Berisik!
Minder, takut berbuat salah, harga diri rendah, tertutup, bahkan menjadi pemarah adalah anak yang dibesarkan dengan cara seperti ini. Bentakan bukan solusi, bentakan dan teriakan adalah bentuk ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi perilaku anak. Jadi apa solusinya? Belajarlah mengendalikan perilaku anak. Hal apa yang perlu dipelajari?
Pahami kepribadian anak dan bagaimana berkomunikasi, pelajari tehnik mendisiplinkan anak, semuanya ada di website ini.
3. Dampak dari memukul anak
Anak yang sering mendapatkan pukulan karena kemarahan orang tua atas sikap dan perilaku anak, maka anak akan belajar satu hal penting, yaitu jika saya marah maka pukul. Kenapa? Karena dia dibesarkan dan sering melihat orang tuanya yang marah lalu memukul. Dari situ dia belajar, jika marah maka saya akan memukul. Maka jika di sekolah ada anak yang sering memukul bisa jadi anak tersebut sering dipukul di rumah.
Contoh kasus nyata, sewaktu saya menjadi guru beberapa tahun silam. Klien saya sebut saja Dodi. Dodi dibesarkan dengan penuh kekerasan dan kurangnya kasih sayang. Tidak jarang Dodi menerima kekerasan fisik dari ibu dan ayahnya. Setiap hari sang ayah dan ibu bekerja sampai larut, karena pada masa Dodi kecil kehidupan ekonomi keluarga tidak begitu baik. Sehingga sewaktu Dodi kecil, kurang mendapatkan kehangatan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Yang lebih parah sang ibu adalah orang yang cukup tempramen. jika marah pada Dodi, maka dengan mudahnya dia melampiaskan emosi tersebut dengan hukuman fisik (pukul), ini berlangsung sampai Dodi berumur 11 tahun (kelas 5 SD).
Orang tua merasa mencintai Dodi dengan memberikan berbagai fasilitas dan pemenuhan materi semata, tetapi Dodi tidak merasakan cinta yang orang tua berikan. Perasaan sebagai anak yang dicintai oleh orang tuanya tidak ada. Perasaan iri terhadap adiknya terus membayangi Dodi, karena adiknya selalu mendapat perhatian lebih dari orang tuanya, hanya karena sang adik memiliki kesamaan minat dengan sang ayah yaitu otomotif.
Setiap harinya Dodi selalu diantar-jemput kesekolah dengan ayahnya manggunakan mobil. Satu waktu Dodi sempat ke sekolah dan pulang berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah sekitar 10 kilometer begitu sampai sekolah dia sudah kelelahan, terkadang jika terlambat ,dia masih harus mendapat konsekuensi lagi dari sekolah. Hal ini terjadi selama 2 minggu. Apa yang menyebabkan tidak diantar oleh orang tuanya? Hanya karena dia tidak mau mengambil piring kotor sisa makanan ayahnya di meja makan. Perasaan dendam yang membara kepada sosok ayah ditumbuhkan dengan sengaja oleh seorang ayah yang tidak mengerti kondisi tumbuh kembang anak.
Hingga akhirnya saya dapat kabar dari ibunya, di usia yang masih 14 tahun sang ayah di TKO dengan satu kali pukulan tepat di rahang sebelah kiri oleh Dodi. Ini kisah nyata dan mengenaskan. Anda sudah bisa menjawab bukan kenapa ini terjadi?
Dalam relasi sosial di sekolah, tidak banyak teman yang suka dengan Dodi, karena dia memiliki cara bergaul yang cukup “agresif”, jika bercanda suka memukul dan sentuhan fisik yang menjurus kasar. Tidak jarang perkelahian terjadi berulang kali. Pihak sekolah sudah memberikan banyak macam peringatan, dari panggilan orang tua sampai skorsing selama 2 minggu tetap tidak mampu mengubah perilakunya. Dodi mencari pengakuan untuk dirinya sendiri dengan menjadi orang yang menakutkan di sekolah, lebih tepatnya “preman sekolah”. Menolak dan menentang peraturan sekolah dan guru adalah hal yang sering terjadi dalam kesehariannya di sekolah. Tidak sungkan pula Dodi mengumbar jika dia dewasa nanti kedua orang tuanya akan disiksa, dan dimasukan ke dalam panti jompo.
Sampai tahap ini masihkah anda berpikir bahwa memukul anak adalah solusi mendidik anak yang tepat? Dalam kehidupan kita sehari-hari kita seringkali menjalankan sesuatu karena pengkondisian masa lalu dan tidak pernah kita pertanyakan, sehingga kualitasnya menjadi itu-itu saja. Kita pasrah dengan pengkondisian masa lalu dan menjadi manusia robot. Hal ini terjadi di rumah, di kantor, di sekolah dan di setiap aspek kehidupan kita. Kita seringkali melakukan sesuatu karena memang sudah begitulah kebiasaannya. Bahkan dalam cara berpikir pun hal ini terjadi. “Saya ini sekringnya cepat putus sehingga mudah marah, jadi jangan buat sesuatu yang bisa meledakkan saya” atau “Saya tidak bisa pegang uang, kalau ada uang di tangan pasti cepat habis. Ada saja alasan untuk mengeluarkan uang saat saya pegang uang banyak” adalah beberapa contoh pengkondisian pikiran yang telah menjadi keyakinan dalam diri seseorang. Ada banyak sekali contoh seperti diatas dalam kehidupan kita.
Kita adalah makhluk yang dibentuk oleh segudang pengalaman, seperangkat lingkungan serta pengkondisian masa lalu. Kita bisa melakukan ketiga hal diatas (ancam, teriak, pukul) karena apa? Karena kita dulu mengalami dan melihat. Mendidik anak bagaikan rantai yang tidak putus, jika anda dibesarkan dengan cara dibentak, ya anda akan membentak anak anda, sederhana bukan program itu tertanam dalam benak anda.
Pahami dan resapi makna kata ini, saat seseorang tetap meyakini pengkondisian seperti itu dalam dirinya maka ia tidak berkembang dalam sebuah kesadaran diri. Ia hanyalah sebuah robot masa lalu yang bergerak dimasa sekarang dan tanpa ada perubahan.
Pertanyaan saya, jika anda boleh jujur. Apakah anda senang diperlakukan seperti ketiga hal diatas? Pertanyaan yang sama, apakah anak juga senang diperlakukan hal yang sama? Seperti judulnya Anak Pelengkap Derita Orang Tua, orang tua yang dahulu yang menderita karena dibesarkan dengan cara yang salah, akan meneruskan hal ini karena ketidaktahuan mereka. Kemungkinan juga orang tua seperti ini belum menyelesaikan masalah dengan masa lalunya, dan masih terus menyimpan beberapa kenangan pahit dimasa kecilnya dan terus terbawa hingga masa sekarang. Menderita secara batin, serta terjadi konflik diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Anda kenal dengan orang semacam ini? Saya memiliki seorang kenalan baik yang mengalami hal ini, yaitu diri saya sendiri.
Pada intinya semua orang dewasa (guru) dan orang tua, kita semua ini, memegang peran sebagai role model atau contoh dan panutan untuk anak-anak di sekitar kita, baik itu anak kita sendiri atau bukan. Jadi walaupun secara formal kita bukan guru, tetapi pada intinya kita semua adalah juga guru, seorang pendidik.
Ya, kita semua adalah guru dan orang tua pada saat bersamaan, seorang pendidik untuk siapa saja yang berada di sekitar kita dengan semua tindakan dan kata-kata kita.
Sehingga PENTING sekali bagi kita untuk melakukan hal-hal yang akan mempertahankan bekal sukses penting titipan Tuhan pada anak-anak kita, atau bahkan semakin menguatkan bekal sukses dan kaya tersebut. Kini dijaman yang semakin maju dan modern hendaknya kita mau terbuka dalam pemikiran, dan memahami tumbuh kembang anak dengan baik dan benar agar generasi kedepan semakin baik dan mewariskan hal-hal yang memberdayakan.

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas



Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”.
Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.
Ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan diatas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.

Senin, 02 September 2013

RIWAYAT HIDUP



Hardiansyah, 2012.  Dilahirkan di Sakuru Kab. Bima pada tanggal 8 Agustus 1988 Anak Terakhir dari 5 Bersaudara dari pasangan A.Rahman Jakariah dan Safyah. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan pada tahun 1995 di bangku SD Inpres Sakuru Kec. Monta. Pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Monta, di Kec. Monta dan lulus pada tahun 2004. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tahun 2004 kembali melanjutkan pendidikan selama 3 tahun di SMU Negeri 1 Monta, Kab. Bima dan lulus pada tahun 2007.
            Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar (UNM).
Adapun Pengalaman Organisasi selama menjadi Mahasiswa  baik Eksternal maupun Internal :
Ø  Penguru Solidaritas Mahasiswa Bima (SMB)
Ø  Sekum PMMB Makassar Periode 2009-2010
Ø  Pengurus HME FT UNM periode 2009-2010
Ø  Dewan Pembina PMMB Makassar ( Sekarang)

Sabtu, 31 Agustus 2013

ISTILAH KELISTRIKAN


Istilah Kelistrikan
Istilah dan Penjelasan
  • Alat Pembatas dan alat Pengukur (APP) Alat milik PT PLN (Persero) yang berfungsi untuk membatasi daya listrik yang dipakai serta mengukur pemakaian energi listrik
  • Ampere (A) Satuan Arus Listrik
  • Badan Usaha (BUPTL) Penunjang Tenaga Listrik : Instalatir yang bergerak dalam pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan
  • Biaya Beban (BB) Komponen biaya dalam rekening listrik yang besarnya tetap, dihitung berdasarkan daya tersambung
  • Biaya Keterlambatan (BK) Adalah biaya yang dibebankan pada pelanggan karena tidak memenuhi kewajiban membayar tagihan PLN tepat pada waktunya
  • Biaya Penyambungan (BP) Biaya yang harus dibayar kepada PLN oleh calon pelanggan atau pelanggan untuk memperoleh penyambungan baru atau tambah daya
  • Curah ( C ) Yaitu golongan tarif untuk keperluan penjualan secara Curah (Bulk) kepada Pemegang Izin Usaha
  • Current Transformer atau Trafo Arus (CT) Alat untuk menurunkan arus listrik untuk keperluan pengukuran energi
  • Daya Tersambung Besarnya daya yang disepakati oleh PLN dan pelanggan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang menjadi dasar perhitungan biaya beban
  • Faktor daya atau Cos Perbandingan antara pemakaian daya dalam Watt dengan pemakaian daya dalam Volt-Ampere
  • Faktor Ketidak Seimbangan Tegangan Perbandingan komponen tegangan urutan negative terhadap komponen tegangan urutan positif
  • Hertz (HZ) Satuan frekuensi listrik
  • Jam nyala Pemakaian kWh dalam satu bulan dibagi dengan kVA tersambung
  • Jaringan Tegangan Ekstra Tinggi (JTET) : Jaringan Tenaga Listrik (JTL ) yang dioperasikan dengan TET yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya
  • Jaringan Tegangan Menengah (JTM) JTL yang dioperasikan dengan TM yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya
  • Jaringan Tegangan Rendah (JTR) JTL yang dioperasikan dengan TR yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya
  • Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) JTL yang dioperasikan dengan TT yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya
  • Jaringan Tenaga Listrik (JTL) Sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik milik PLN yang dioperasikan dengan TR, TM, TT atau TET
  • JBST Jual Beli Tenaga Listrik Secara Terbatas
  • Kilo Meter Sirkuit (kms) Satuan panjang jaringan transmisi atau distribusi tenaga listrik tiga fasa
  • Kilo Volt Ampere (kVA) Seribu Volt Ampere, adalah satuan daya
  • Kilo Volt (kV) Seribu Volt, adalah satuan tegangan listrik
  • Kilo Watt (kW) Satuan daya listrik nyata (aktif)
  • Kilo Watt Hour (kWh) Satuan energy listrik nyata (aktif)
  • kVA max-Meter Alat untuk mengukur pemakaian daya tertinggi dalam satuan kVA untuk kurun bulan dibagi dengan kVA tersambung waktu satu bulan, khusus bagi pelanggan B3, I4 dan I3 tanur busur, T
  • KVARh Kilo Volt Ampere Reactive Hour, satuan energy listrik semu (reaktif)
  • kVARh Meter Alat ukur pemakaian energi listrik semu (reaktif)
  • kWh Meter Alat ukur pemakaian energi listrik
  • kWh Meter Tarif Ganda kWh Meter yang mempunyai dua register, satu register untuk mengukur pemakaian energy pada WBP dan satu register lainnya untuk mengukur energy pada LWBP
  • kWh Meter Tarif Tunggal kWh Meter yang mempunyai satu register untuk mengukur pemakaian energi
  • LWBP Luar Waktu Beban Puncak (jam 22.00 – 18.00)
  • M/TR, TM, TT Tarif Multiguna yang diperuntukan bagi pengguna listrik yang memerlukan pelayanan khusus, baik di Tegangan Rendah, Tegangan Menengah maupun Tegangan Tinggi
  • MVA Mega Volt Ampere (Sejuta Volt Ampere)
  • Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) Pajak yang dibayar oleh semua pelanggan PLN, dipungut oleh PLN dan selanjutnya disetor ke kas Pemerintah Daerah
  • Papan Hubungi Bagi (PHB) Bagian instalasi listrik milik pelanggan yang digunakan untuk membagi-bagikan aliran listrik
  • PB Penyambungan Baru
  • PD Penambahan Daya/Perubahan Daya
  • Pemutusan Rampung Penghentian untuk seterusnya penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan dengan mengambil sebagian atau seluruh peralatan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan
  • Pemutusan Sementara Penghentian penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan untuk sementara
  • Penerangan Jalan Umum (PJU) Penerangan untuk jalan dan prasarana umum yang dipasang secara resmi oleh pemda atau badan resmi lainnya dan mendapat pasokan tenaga listrik dari PLN secara legal
  • Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) Pemeriksaan oleh PLN terhadap instalasi PLN dan instalasi pelanggan dalam rangka penertiban pemakaian/pemanfaatan tenaga listrik
  • Potensial Transformator (Trafo Tegangan) Alat untuk menurunkan tegangan listrik yang diperlukan khusus bagi pengukuran energi listrik atau peralatan pengaman dan pengendah listrik lainnya
  • Saluran Masuk Pelayanan (SMP) Kabel milik PLN yang menghubungkan antara jaringan Tegangan Rendah dengan APP yang terpasang di rumah pelanggan
  • Sambungan Langsung Adalah sambungan JTL atau SL termasuk peralatannya sedemikian sehingga tenaga listrik disalurkan tanpa melalui APP
  • Sambungan Tenaga Listrik (STL) Penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi PLN yang merupakan sambungan antara JTL milik PLN dengan instalasi pelanggan
  • Tagihan Listrik Perhitungan biaya atas pemakaian daya dan energi listrik oleh pelanggan setiap bulan
  • Tagihan Susulan Tagihan kemudian sebagai akibat adanya penyesuaian dengan ketentuan atau sebagai akibat adanya pelanggaran
  • Tarif Dasar Listrik (TDL) Ketentuan pemerintah yang berlaku mengenai golongan tarif dan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh PLN
  • Tegangan Ekstra Tinggi (TET) Tegangan sistem diatas 245.000 Volt
  • Tegangan Menengah (TM ) Tegangan sistem diatas 1.000 Volt sampai dengan 35.000 Volt
  • Tegangan Rendah (TR) Tegangan sistem sampai dengan 1.000 Volt
  • Tegangan Tinggi (TT) Tegangan sistem diatas 35.000 Volt sampai dengan 245.000 Volt
  • Titik Penyambungan Bersama Titik terdekat dengan pelanggan dimana tersambung juga pelanggan yang lain pada JTR atau JTM atau JTr atau JTET
  • Uang Muka Tagihan Listrik (UMTL) Penerimaan pembayaran untuk pemakaian daya dan energy listrik mendahului transaksi penyerahan daya dan energi berlangsung
  • Volt Ampere (VA) Satuan daya (daya buta)
  • Volt (V) Satuan Tegangan Listrik
  • Waktu Beban Puncak (WBP) Waktu jam 18.00 sampai dengan jam 22.00 waktu setempat
  • Watt Satuan daya listrik nyata


Korelasi Product Moment


Korelasi Product Moment


(Product Moment Correlation)


Pengantar Korelasi Product Moment


Teknik Korelasi ini dapat digunakan apabila data yang akan dikorelasikan atau dianalisis memenuhi syarat sebagai berikut:[1]
1.      Variabel yang akan dikorelasikan berbentuk gejala yang bersifat kontinu atau data ratio dan data interval.
2.      Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati homogen
3.      Regresinya merupakan regresi linear.
Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti(terutama peneliti yang mempunyai data-data interval  dan rasio) adalah korelasi Pearson atau Product Moment Correlation.
      Adapun beberapa persyaratan  yang harus dipenuhi apabila kita menggunakan rumus ini adalah:
1.Pengambilan sampel dari populasi harus random(acak).
2.Data yang dicari korelasinya harus berskala interval atau rasio.
3.Variasi skor  kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama.
4.Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal.
5.Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier.
      Rumus Korelasi Product Moment/Pearson Correlation ada 2 macam, yaitu:

1.Korelasi Product Moment dengan simpangan:
   
    Keterangan:
    Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel yang dikorelasikan
                       ( x=X-M ) dan(  y= Y-M).
   Jumlah perkalian x dengan y
    Kuadrat dari x (deviasi x)
    Kuadrat dari y (deviasi y)

2.Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar:
    
    Keterangan:
     Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
      y  =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y
      
      
      
     







PENYAJIAN:
Suatu penelitian yang ingin melihat apakah ada hubungan antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester. Setelah dilakukan pengumpulan data dari 10 mahasiswa ternyata penyebaran kredit dan indeks prestasi yang dicapai sebagai berikut:
NOMOR URUT
MAHASISWA
JUMLAH KREDIT YANG DIAMBIL
INDEKS PRESTASI
1
20
3,1
2
18
4,0
3
15
2,8
4
20
4,0
5
10
3,0
6
12
3,6
7
16
4,0
8
14
3,2
9
18
3,5
10
12
4,0

 

Cara Menghitung Korelasi Product Moment Dengan Simpangan

Rumus ini memerlukan suatu perhitungan rata-rata dari masing-masing kelompok, yang selanjutnya perlu perhitungan selisih masing-masing skor dengan rata-ratanya, serta kuadrat simpangan skor dengan rata-ratanya, maupun hasil kali simpangan masing-masing kelompok.
       Cara menghitung Korelasi Product Moment dengan Simpangan adalah sebagai berikut:
 Tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan Rumus Korelasi Product Moment dengan  Simpangan adalah:
1). Jika jumlah kredit mata kuliah yang diambil mahasiswa merupakan variabel X, maka indeks prestasi  merupakan variabel Y
2).Buatlah tabel penolong yang mengandung unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan Simpangan.
3).Menjumlahkan subyek penelitian
4).Menjumlahkan skor X dan skor Y
5).Menghitung Mean variabel X dengan rumus:  dan hasilnya menjadi 155/10=15,5
6).Menghitung Mean variabel Y dengan rumus: dan hasilnya menjadi 35,2/10=3,52
7)Menghitung deviasi masing-masing skor x dengan rumus :      x=X-M
   X baris ke 1,kolom ke 4 kita  isi menjadi, contohnya = 20-15,5=4,5, dan seterusnya.
8)Menghitung deviasi masing-masing skor y dengan rumus:    y =Y-M
    y baris ke 1, kolom ke 5 kita isi menjadi, contohnya= y=3,1-3,52=-0,42,dan seterusnya
9)Mengalikan  deviasi x dengan y
10)Menguadratkan seluruh deviasi x dan menjumlahkannya
11)Menguadratkan seluruh deviasi y dan menjumlahkannya
12)Menyelesaikan rumus Korelasi Product Moment dengan Simpangan, yaitu:
SISWA KE
X
Y
x
y
xy
1
20
3,1
4,5
-0,42
-1,89
20,25
0,1764
2
18
4,0
2,5
0,48
1,2
6,25
0,2304
3
15
2,8
-0,5
-0,72
0,36
0,25
0,5184
4
20
4,0
4,5
0,48
2,16
20,25
0,2304
5
10
3,0
-5,5
-0,52
2,86
30,25
0,2704
6
12
3,6
-3,5
0,08
-0,28
12,25
0,0064
7
16
4,0
0,5
0,48
0,24
0,25
0,2304
8
14
3,2
-1,5
-0,32
0,48
2,25
0,1024
9
18
3,5
2,5
-,02
-0,05
6,25
0,0004
10
12
4,0
-3,5
0,48
-1,68
12,25
0,2304
N=10
155
35,2
0
0
3,4
110,5
1,996

Hal yang perlu diingat (sebagai bahan koreksi perhitungan) adalah jumlah simpangan masing-masing nilai dengan rata-ratanya adalah 0. Disamping itu kita tidak perlu menghilangkan tanda negatif (-).
Jadi,
     
     
         =0,2289378023
            =0,23

 

Cara Menghitung  Korelasi  Product Moment  Dengan  Angka  Kasar

            Tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan Rumus Korelasi Product Moment dengan  ANGKA KASAR adalah:
1). Jika jumlah kredit mata kuliah yang diambil mahasiswa merupakan variabel X, maka indeks prestasi  merupakan variabel Y
2).Buatlah tabel penolong yang mengandung unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan ANGKA KASAR.
3).Menjumlahkan subyek penelitian
4).Menjumlahkan variabel X dan variabel Y
5).Mengalikan antara variabel X dan variabel Y
6).Mengkuadratkan variabel X dan menjumlahkannya
7).Mengkuadratkan variabel Y dan menjumlahkannya
8).Menyelesaikan rumus Korelasi Product Moment  dengan angka kasar untuk mencari koefisien korelasinya, yaitu:


SISWA KE
X
Y
XY
1
20
3,1
62
400
9,61
2
18
4,0
72
324
16
3
15
2,8
42
225
7,84
4
20
4,0
80
400
16
5
10
3,0
30
100
9
6
12
3,6
43,2
144
12,96
7
16
4,0
64
156
16
8
14
3,2
44,8
196
10,24
9
18
3,5
63
324
12,25
10
12
4,0
48
144
16
N=10
155
35,2
549
2513
125,90

Hal yang bisa diketahui berdasarkan pada soal maupun tabel di atas adalah:
 N=10              Y=549          =155         =35,2          =2513       =125,90 
            Setelah kita inventarisir seluruh faktor yang diperlukan dalam rumus Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar, maka angka-angka tersebut kita masukkan dalam rumus di bawah ini. Dengan demikian, maka hasil perhitungan Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar sebagai berikut: 

           
                   
         
          = 0,2289378023
          = 0,23
Dengan demikian telah terbukti bahwa menggunakan rumus  pertama maupun kedua menghasilkan hasil yang sama. Oleh karena kedua rumus korelasi product moment di atas benar-benar sama, maka keduanya bisa dipakai pada kondisi yang sama, tetapi disarankan untuk memakai rumus yang kedua karena lebih simpel perhitungannya.

Cara Memberi Interpretasi Terhadap  

       Untuk memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi ada dua cara, yaitu dengan kasar atau sederhana dan dengan berkonsultasi dengan Tabel Nilai r Product Moment. Namun sebelumnya saya perlu mengemukakan suatu pedoman statistik yang terkait dengan interpretasi nanti.
       Hasil perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar:
1.Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1. Ini berarti bahwa setiap setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan kenaikan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan, maka akan diikuti dengan penurunan variabel Y.
2.Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau sama dengan -1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan penurunan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, apabila skor/nilai dari variabel X turun, maka skor/nilai dari variabel Y akan naik.
3.Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi( mendekati 0 atau sama dengan 0). Hal ini berarti bahwa naik turunnya skor/nilai satu variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik turunnya skor/nilai variabel yang lainnya. Apabila skor/nilai variabel X naik, maka tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya skor/nilai variabel Y. Demikian juga sebaliknya.
Hasil perhitungan korelasi product moment bergerak antara -1 sampai dengan +1. Jadi kalau ada hasil perhitungan korelasi product moment lebih besar (>) dari pada +1 atau kurang dari (<) -1, maka perhitungan tersebut jelas salah. Dengan berpedoman pada pernyataan tersebut maka dapat dilakukan rincian sebagai berikut:
    -antara 0,800 s/d 1,000              =hubungan sangat tinggi/sangat kuat
   -anatara 0,600 s/d 0,800             =hubungan tinggi/kuat
   -antara 0,400 s/d 0,600               =hubungan cukup
   -antara 0,2000 s/d 0,400             =hubungan rendah/lemah
   -antara 0,000 s/d 0,2000           =hubungan rendah sekali/lemah sekali
Interpretasi juga dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi terhadap Tabel Nilai r Product Moment dengan jalan:
a.Membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).
b.Menguji benar tidaknya hipotesis yang dikemukakan dengan cara membandingkan antara r diperoleh(ro) dengan cara r tabel (rt).

Interpretasi Secara Kasar/Sederhana

            Dari perhitungan di atas diperoleh   sebesar 0,23, ini menunjukkan terdapat hubungan searah. Dan    sebesar 0,23 berada di antara 0,2000 s/d 0,400. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y tergolong rendah/lemah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hubungan antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus X  adalah lemah.

Interpretasi Dengan Menggunakan Tabel Nilai R Product Moment

Interpretasi dengan cara ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a.Merumuskan hipotesis alternatif(Ha): Ada korelasi antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus X
b.Merumuskan hipotesis nihil (Ho): Tidak ada korelasi antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus X
c.Berkonsultasi dengan Tabel Nilai r Product Moment:  - rt pada t.s 5%=0,666
                                                                                     -rt pada t.s 1% =0,798
d.Membandingkan besar  atau ro dengan rt. Dimana ro sebesar 0,23 sedangkan rt pada t.s 5%=0,666 dan rt pada t.s 1%=0,798. Dengan demikian ternyata ro lebih kecil dari rt, maka hipotesis alternatif(Ha) ditolak dan hipotesis nihil(Ho) diterima.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa korelasi antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester di kampus X dikategorikan lemah/rendah.



[1] Hartono, Statisitik Untuk Penelitian, (Zanafa Publishing, Riau : 2010), hal. 79