Jumat, 03 Agustus 2012
Perempuan Malam …
Kubuka mata perlahan, tak tahu sudah berapa lama aku tertidur … pulas … yah aku tertidur pulas tanpa mimpi. Aku tak tahu sejak kapan mimpi meninggalkan tidurku, bukan hanya didalam tidur diangan pun mimpi itu sudah tak ada.
Dulu aku suka bermimpi, aku suka bermimpi berjalan di tanah lembut berbau lembab, sambil memandang daun-daun hijau dan berteman desauan angin . Dulu aku suka bermimpi tidur dibuaian kapuk putih selembut sutra, tapi dulu juga aku suka bermimpi telanjang. Entah kenapa aku sering bermimpi telanjang. Yah bulat … tanpa satu helai benangpun . Polos , atau memang itu pertanda aku harus telanjang didepan semua lelaki?
Aku perempuan malam yang bentuk tubuhnya diingini oleh perempuan manapun di seluruh negeri. Kulitku putih bersih seperti susu tanpa cacat secuilpun. Rambutku bergelombang indah hitam dan selalu wangi, hidungku bangir dan indah, bibirku seksi merah walaupun tanpa gincu. Mataku yang paling indah, bola mata itu hitam dan cerah warna putihnya. Memancarkan kecantikkan sempurna seorang perempuan. Aku menyebut diriku perempuan. Aku suka kata perempuan. Tapi aku bukan perempuan suci yang pantas di sanjung atau dipanggil bunda. Hanya perempuan suci yang pantas dipanggil bunda. Aku? , aku hanya perempuan malam.
Dan dikaca besar ini kembali kupandangi tubuh indah ini, siapa laki-laki tak tergiur dengan santapan lezat ini. Mungkin lelaki paling shaleh pun akan terpesona dan lupa dengan sorbannya. Aku tersenyum, mengapa Tuhan memberiku keindahan tapi sekaligus menghukum keindahan itu.
Tanganku meraba leherku yang jenjang putih mulus, tak ingat aku sudah berapa banyak nafas didenguskan di leher ini. Aku raba bibirku, tak tahu pula sudah berapa banyak bibir yang menyentuh dan melumatnya . Kuraba dada busungku, indah , kenyal dan menggiurkan, kembali aku tak berhitung sudah berapa sentuhan yang membuatnya bergelora. Lalu ku sentuh gerbang itu, tak tahu pula aku berapa banyak sudah lelaki yang kubuat menggelinjang dan melepas keinginan paling buas dimuka bumi ini.
Kembali aku tersenyum, puaskah aku? . Tidak penting seberapa puas aku, yang penting mereka puas. Buat mereka aku hanya seperti seonggok daging yang bisa mereka buat seperti apa yang mereka pikirkan di otak paling kotor mereka. Aku sudah terbeli. Jadi layak jika aku diperlakukan seperti barang, dirindukan di pakai kembali, jika rasa telah hilang, di simpan kembali.
Disimpan? , kata apa pula itu, aku bukan sesuatu yang indah yang bisa disimpan, aku hanya angin yang datang ketika gemuruh gelora asmara meminta syahwat. Tak lebih. Tapi hanya ada satu lelaki yang membuat aku bukan sekedar syahwat. Tapi aku adalah makhluk indah seindah bidadari langit . Ah julukan dia itu kepadaku membuat aku terpental , tidak membuat semu merah di pipiku yang halus putih bersih. Tapi cukup membuat mata hatiku tersenyum, dan dia tidak tahu itu. Hanya kepada laki-laki ini aku menjadi perempupan suci.
Lelaki itu bukan hanya datang untuk berhasrat, lelaki itu selalu membuat aku seperti bidadari langit. Dia memperlakukan aku dengan indah, dia mencium seluruh tubuhku dengan kasih, dia memasuki diriku dengan kelembutan, tak pernah ada rasa sakit. Jiwa raga , relung hati, semua miliknya . Kami tidak bersuara, kami diam, tapi dalam diam, kami menikmati keintiman ini. Kami tak perlu desahan untuk memberi tahu tubuh kami bahwa kami menjadi satu. Kami menikmatinya dalam diam.
Kadang dia datang hanya ingin memelukku dalam diam, dia bilang dia hanya ingin mendengar detak jantungku, dia hanya ingin memelukku. Merasakan hangat dekapannya, membuatku ingin bermimpi, tapi perempuan sepertiku apa bisa punya mimpi? . Sudah bertahun-tahun mimpi itu tak lagi singgah. Mungkin mimpi hanya untuk orang-orang suci.
Lelaki itu akan datang malam ini . Malam ini sengaja aku menggulung rambutku keatas, sehingga terlihat jelas jenjang leherku yang indah, kukenakan giwang kecil pemberiannya. Hanya perhiasan itu yang kupakai. Tak lebih . Gaun yang kukenakan pun hanya gaun malam biasa, dengan bahan yang sejuk, tergerai pas ditubuhku yang ramping, tapi aku merasa bahwa aku bisa mengalahkan bidadari langit sekalipun. Ini warna kesukaannya, hijau , yah hijau pupus ini menjadi lebih cantik disanding dengan pualam putih kulitku. Wangi kulitku semerbak. Gincu yang kupakai juga hanya sekilas. Kaca yang memantulkan sosok tubuh ini tak pernah bohong. Aku cantik.
Lelaki itu tak pernah terlambat, tak pernah sedetikpun, hatiku selalu bergemuruh menanti kedatangannya. Selalu seperti itu. Dia lelakiku . Seperti malam ini.
Lelaki itu datang …..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar